Sunan Kuning Merupakan Pemuda Rupawan

Menoreh.co– Amangkurat V atau Sunan Kuning atau Raden Mas Garendi merupakan cucu dari Amangkurat III di Mataram. Ia merupakan salah satu tokoh yang memberontak terhadap pemerintahan Pakubuwana II yang dekat dengan VOC. Amangkurat V disebut sebagai Sunan Kuning karena saat memberontak terhadap Pakubuwana II, ia memimpin pasukannya yang berasal dari etnis Tionghoa. Raden Mas Garendi sempat menjadi Sunan setelah diangkat oleh koalisi Jawa-Tionghoa pada tahun 1742 dan berakhir pada tahun 1743.

Sunan Kuning atau Amangkurat V memiliki nama asli Raden Mas Garendi yang lahir di Kartasura pada tahun 1726. Ia merupakan putra bungsu dari Pangeran Tepasana atau cucu dari Amangkurat III. Semasa kecilnya, Raden Mas Garendi melihat pertikaian politik karena ayahnya, Pangeran Tepasana terbunuh. Setelah kematian ayahnya, Pangeran tepasana, Raden Mas Garendi dibawa lari meninggalkan Kartasura oleh pamannya yang bernama Wiromenggala. Raden Mas Garendi kemudian dibawa ke Grobogan dengan melewati Gunung Kemukus.

Sampai di Grobogan, rombongan pelarian dari Kartasura kemudian bertemu dengan keluarga Tionghoa, Tan He Tik. Keluarga Tionghoa tersebut kemudian memungut Raden Mas Garendi sebagai anak angkat Tan He Tik. Di dalam Babad Kartasura II dijelaskan bahwa Raden Mas Garendi merupakan seorang pemuda yang rupawan dan populer. Memberontak terhadap Pakubuwana II Setelah ia beranjak dewasa, Raden Mas Garendi kemudian terlibat dalam pemberontakan terhadap Pakubuwana II.

Adapun penyebab Raden Mas Garendi memberontak terhadap Pakubuwana II adalah sikapnya yang berbalik mendukung VOC setelah sebelumnya melawan. Hal itu juga membuat kecewa pasukan laskar Tionghoa yang sebelumnya membantu Kartasura melawan VOC di Semarang. Laskar Tionghoa yang dipimpin oleh Singseh atau Tan Sin Ko mendapatkan kekuatan tambahan dari Kapitan Sepanjang atau Souw Phan Ciang dari Batavia. Sementara itu, di Grobogan, Raden Mas Garendi atau Raden Mas Garendi kemudian menghimpun kekuatan dari kalangan Jawa-Tionghoa. Hasilnya, Raden Mas Garendi menghimpun tiga brigade Jawa dan tiga brigade Tionghoa.

Raden Mas Garendi juga mendapatkan dukungan dari Patih Natakusuma, Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa, Tumenggung Martapura, dan Tumenggug Mangun Oneng. Pada 30 Juni 1742, pasukan Gabungan Raden Mas Garendi berhasil menguasai benteng Keraton Kartasura. Naik Takhta Sebelum berhasil menguasai Kartasura, pada bulan April 1742 diadakan pembahasan siapa yang akan menggantikan Pakubuwana II.

Dari pertemuan itu disepakati bahwa Raden Mas Garendi sebagai calon pengganti Pakubuwana II. Hal itu didasarkan karena ia merupakan cucu Amangkurat III. Kemudian rencana menyerang Kartasura dilaksanakan dan berhasil pada 30 Juni 1742. Sehari setelahnya, pada 1 Juli 1742 Raden Mas Garendi diangat menjadi penguasa Kartasura dengan gelar Sunan Amangkurat V.

Sementara itu, PB II dan keluarganya dievakuasi oleh Kapten Van Hohendorff, pemimpin tentara kolonial VOC ke Magetan melalui Gunung Lawu. Ditangkap VOC Setelah diangkat menjadi penguasa Kartasura, Raden Mas Garendi kemudian merencanakan untuk menyerang VOC di Semarang. Pasukan Raden Mas Garendi kemudian berangkat ke Semarang dengan dipimpn oleh Raden Mas Said atau Pengeran Samber Nyawa dan Singseh (Tan Sin Ko).

Pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Gerrit Mom berhasil memukul mundur pasukan dari Kartasura. Setelah gagalnya serangan ke Semarang, kekelahan dalam pertempuran terus dialami oleh pasukan Raden Mas Garendi. Hingga pada 1742 Raden Mas Garendi melarikan diri ke Surabaya dan ditangkap oleh VOC. Raden Mas Garendi kemudian dipenjara di Semarang lalu dipindah ke Batavia dan akhirnya diasingkan ke Ceylon atau Sri Lanka hingga meninggal dunia. Referensi: Kurniawan, Hendra. (2020). Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. (ep)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Syekh Siti Jenar Bernama Asli Raden Abdul Jalil

Sen Okt 17 , 2022
Menoreh.co- Asal usul Syekh Siti Jenar hingga kini masih menjadi misteri. Siapa sosok sebenarnya Syekh Siti Jenar masih mengundang banyak pertanyaan.Dalam kitab Negara Kertabumi yang dikutip Sofwan, dkk dalam buku Islamisasi di Jawa, disebutkan bahwa Syekh Siti Jenar lahir di Semenanjung Malaka. Ia adalah putra Syekh Datuk Saleh, adik sepupu […]

Kamu mungkin suka

%d blogger menyukai ini: