Sego Pecel Madiun untuk Suguhan Diplomasi Masa Kasultanan Demak

Menoreh.co – Sego pecel Madiyun memang enak edi mirasa. Beras pulen buket didang ditapung dan dikaru dengan piranti pawon. Rencek dijadikan kayu bakar dengan nyala kebiru biruan. Lauk pauk utama sego pecel Madiyun terdiri dari rempeyek, opak, lempeng.

Lebih lengkap ditambah tahu dan tempe goreng. Sembel terasa pedas sampai air mata menetes. Tanda lega puas. Bungkus sego pecel terbuat dari godhong jati. Pincuk godhong jati menambah rasa enak gurih. Kulupan daun tela, lembayung, Kembang turi menyertai sego pecel. Disantap sambil duduk lesehan di atas tikar gumelar.

Suguhan sego pecel menyertai perjalanan sejarah Kabupaten Madiyun. Arti Madiyun yaitu marsudi hadining kayun. Yaitu berusaha untuk mendapat berhasilnya cita cita. Dengan usaha yang tekun, maka dapat teken, akhirnya tekan. Madiyun berhubungan dengan tekun teken tekan. Cikal bakal Kabupaten Madiun dimulai dari sejarah Kasultanan Demak Bintara.

Raja Demak Bintara bergelar Raden Patah atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah I. Beliau mendirikan kerajaan Demak atas sokongan Wali Sanga, sebagai kelanjutan dari kerajaan Majapahit. Raden Patah adalah putra Prabu Brawijaya V yang menikah dengan putri Cempa. Namanya Ratu Ndorowati. Putra Raden yang terkenal adalah Adipati Unus. Beliau disebut juga Pangeran Sabrang Lor.

Gelar lainnya yaitu Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Yunus Sirullah II. Putra mahkota ini kerap memimpin delegasi pelayaran sampai ke laut Merah. Singgah di negeri Mesir dan Sudan. Putra Demak ini gemar sarapan pagi dengan menu sego pecel. Pada tahun 1518 Pangeran Adipati Surya Pati Unus menikah dengan Raden Ayu Retno lembah. Putri Demang Ngurawan Dolopo ini pintar, prigel, cekatan, ramah, luhuring budi, dhemes, kewes, luwes, pantes, mentes. Beliau merupakan bintang yang sedang bersinar.

Dapat dikatakan mustikane putri tetunggule widodari. Pesta pernikahan agung dilaksanakan dengan segala kebesaran. Demang Ngurawan Dolopo pembesar terpandang. Panitia pernikahan terdiri dari Demang Maespati, Demang Caruban, Demang Sumoroto, Demang Pilang Kenceng dan Demang Walikukun. Kembul Bujana Andrawina, suguhan mbanyu mili. Sego pecel jadi hidangan utama. Bale Ageng Sasana pahargyan dihiasi janur kuning, tetuwuhan, blek ketepe. Suasana regeng seneng nggayeng, mulya wibawa widada. Gendhing carabalen menyambut tamu kehormatan.

Beralih gendhing kebo giro yang meriah. Lantas gendhing monggang untuk menghormati pejabat tinggi. Petugas protokol Istana Demak Bintara datang seminggu. Mereka turut pula membantu perhelatan. Terutama untuk bidang keamanan. Seorang raja yang punya hajad, tentu melibatkan sesama kerajaan sahabat. Turut hadir raja Ternate, Tidore, Goa, Tallo, Bugis, Bali, Banjar, Deli Serdang, Langkat, Siak, Samudra Pasai, Banten dan Cirebon. Para utama kehormatan menikmati sego pecel dengan lahap.

Para raja nusantara berkumpul di Ngurawan Dolopo. Dewan Wali Sanga bertindak selaku penasihat panitia pernikahan. Yakni Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Drajad, Sunan Gunung Jati, Sunan Murya, Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga. Wali Songo ternyata gemar sego pecel. Terbukti beliau sering tanduk. Diplomasi pernikahan ini membuahkan peradaban unggul. Demang Ngurawan Dolopo sudah merasa tua. Beliau hendak lengser keprabon madeg pendeta.

Harta benda dan tahta diserahkan putri tercinta. Atas kesepakatan bersama, Raden Ayu Retno Lembah ditunjuk menggantikan kedudukan Demang Ngurawan Dolopo. Untuk membantu kelancaran jalannya pemerintahan, Raden Ayu Retno Lembah menunjuk pejabat eksekutif. Fungsinya sama dengan perdana menteri. Gagasan Madiyun terwujud. Yakni marsudi hadining kayun. Status Kademangan Dolopo dinaikkan menjadi Kawedanan pada tanggal 24 Maret 1520. Kademangan Dolopo diganti nama menjadi Kawedanan Purabaya.

Pura berarti Istana, baya berarti pakewuh. Artinya Istana yang berguna untuk melakukan pengabdian pada bangsa. Kawedanan Puralaya dipimpin oleh Wedana Mas Ngabehi Reksogati. Kediaman Mas Ngabehi Reksogati dinamakan Sogaten. Jabatan Wedana Purabaya ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Raden Ayu Retno Lembah. Berturut turut pejabat Kawedanan Purabaya yaitu Mas Ngabehi Reksogati I tahun 1520 – 1543. Mas Ngabehi Reksogati II tahun 1543 sampai 1557.

Mas Ngabehi Reksogati III tahun 1557 sampai 1568. Mereka bekerja atas petunjuk kebijakan Kasultanan Demak Bintara. Kantor Kawedanan Purabaya berada di desa Sogaten Mangunharjo. Kata Sogaten merujuk pada tempat tinggal Reksogaten. Pada masa kepemimpinan Mas Ngabehi Reksogati III ini, terjadi masa peralihan. Nanti statusnya akan dinaikkan. Priyayi agung ini tiap pagi sarapan sego pecel.

Tak pernah merasa bosan. Sebagai pelaksana persiapan alih status ini, Mas Ngabehi Reksogati didampingi Pangeran Timur atau Pangeran Rangga Jumena. Beliau adalah putra Kanjeng Sultan Trenggono, raja Demak yang bergelar Sultan Syah Alam Akbar Mahmud Rasyid Sirullah III. Pangeran Timur atau Ronggo Jumeno diambil anak angkat oleh Raden Ayu Retno Lembah. Masa kecilnya dididik oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat di Jepara.

Terus dididik ilmu pemerintahan oleh Kanjeng Ratu Mas Cepaka, permaisuri Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo, raja Pajang. Kemampuan Pangeran Timur atau Ronggo Jumeno boleh dianggap sempurna. Pangeran Timur atau Ronggo Jumeno adalah jalma limpat seprapat tamat. Para pendiri Kabupaten Madiyun berkenan dengan menu sego pecel.

Bahkan mereka bangga dengan sego pecel sebagai suguhan khas Madiyun. Sego Pecel Piranti Diplomasi Kabupaten Madiyun. Kawedanan Purabaya menjadi Kabupaten Madiun. Ini berkat diplomasi kuliner. Sego pecel jadi lambang identitas Madiyun. Antar kadipaten kontak dengan suguhan makanan. Ngelmu iku Kelakone kanthi laku. Lekase lawan kas.

Tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkara. Begitulah ajaran luhur Jawa yang dihayati oleh Pangeran Timur. Beliau suka lara lapa tapa brata. Biasa melakukan tapa kungkum, topo pendhem, topo gantung, topo ngrowot, topo mutih, topo ngidang, topo ngiwak, topo ngeli, topo nggenioro, topo mbanyuoro, topo ngrame. Ketajaman spiritual dengan cegah dhahar lawan guling.

Manjing ing wana gung liwang liwung, kang gawat kaliwat liwat, angker kepati Pati. Tujuannya untuk mendapatkan katarsis pencerahan lahir batin. Gunung Lawu dikenal sebagai tempat Prabu Brawijaya V muksa. Prabu Ajisaka raja Medang Kamulan menyebut Gunung Lawu dengan nama Giri Mahendra. Di puncak gunung Lawu itu, Pangeran Timur atau Ronggo Jumeno lenggah sedhakep saluku tunggal, amepet babahan hawa sanga, sajuga kang sinidhikara.

Megeng napas mbendung swara. Ana rupa tan den dulu, ana ganda tan ingambu. Ana swara tan den rungu. Beliau konsentrasi meditasi. Doa terkabul, panuwunan kasembadan. Pangeran Timur mendapatkan anugerah pusaka Kyai Tundhung. Siapa saja yang memegang pusaka Kyai Tundhung, segala macam mara bahaya akan menyingkir. Musuh perang pun tak akan sanggup melawan. Begitulah daya linuwih pusaka Kyai Tundhung.

Kasultanan Pajang yang dipimpin oleh Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo melanjutkan kepemimpinan kerajaan Demak Bintara. Status Kawedanan Purabaya dinaikkan menjadi kabupaten. Prestasi gemilang Wedana Reksogati amat mengagumkan. Pembangunan di segala bidang berjalan lancar. Rakyat hidup subur makmur, murah sandang pangan papan. Upacara besar dilakukan oleh penguasa Madiyun.

Sego pecel mesti tampak sebagai suguhan utama. Ternyata sego pecel lambang jati diri. Pada hari Jumat Legi 15 Sura 1487 atau 18 Juli 1568 Pangeran Timur dilantik menjadi Bupati Purabaya. Jabatan Bupati Pangeran Timur karena usul Kanjeng Ratu Kalinyamat. Sultan Hadiwijoyo setuju. Bahkan Sultan Hadiwijoyo atau Joko Tingkir sendiri yang melantik Pangeran Timur di Kabupaten Puralaya.

Upacara pelantikan berlangsung megah dan mewah. Biaya pelantikan ditanggung oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat yang terkenal sebagai pengusaha kaya raya. Asal usul, sejarah, kepribadian dan kemampuan Pangeran Timur tidak ada keraguan sedikit pun. Segala lapisan masyarakat yang tinggal di kutho ngakutho, deso ngadeso, gunung ngagunung sangat hormat kepada Pangeran Timur.

Mereka merasa beruntung. Seperti ketiban ndaru, kejugrugan gunung sari, kebanjiran segara madu. Kabupaten Purabaya maju pesat. Industri mebel berkembang, irigasi teratur, padi tumbuh subur. Tiap desa diberi piranti belajar untuk mendidik generasi muda. Menjelang malam bunyi kerawitan yang menentramkan hati. Pagelaran wayang menjadi alat tontonan, tuntunan, tatanan.

Bupati Ronggo Jumeno belajar pada kebijaksanaan hidup Prabu Kresna Dwipayana. Pada puncak kejayaan, beliau lengser keprabon madeg pendeta. Tahta negeri Astina diserahkan kepada putranya, Prabu Pandu Dewanata. Prabu Kresna Dwipayana mendidik generasi muda di Pertapan Saptaharga. Konsep suksesi ini dilakukan oleh Pangeran Timur. Kekuasaan Kabupaten Puralaya diserahkan kepada putrinya, Raden Ayu Retno Dumilah.

Sejak tahun 1586 Kabupaten Puralaya dipimpin Raden Ayu Retno Dumilah. Karakter dan budi pekertinya luhur. Jiwanya agung, ambeg adil paramarta. Seperti neneknya, Raden ayu Retno lembah. Trahing Kusuma Rembesing Madu, wijining atapa, tedhaking andana warih. Darah biru yang berdarma bakti untuk ibu pertiwi. Beliau selalu mengutamakan kepentingan orang banyak, segenap kawula dasih.

Untuk memperlancar roda pemerintahan, pada tahun 1575 Bupati Retno Dumilah membangun kantor baru. Ibukota lantas pindah dari Sogaten Mangunharjo ke Wonorejo Kuncen. Pembangunan pendopo melibatkan juru ukir Jepara yang terpilih. Kayu jati dari Randhu Blatung Cepu. Marmer dibeli dari Tulungagung. Pendopo Kuncen menjadi kebanggaan warga Purabaya. Sukses gemilang memimpin kabupaten Purabaya. Retno Dumilah semakin arum kuncara, ngejayeng jagad raya. Namanya semakin terkenal.

Di mana mana orang menyebut prestasi kehebatan Bupati wanita dari Purubaya. Di samping cakap dalam pemerintahan, Retno Dumilah juga sakti mondroguno. Beliau sering melakukan ritual di hutan Jogorogo. Tiap bulan ruwah topo kungkum di Kali Ketonggo. Berkat lelakunya ini, Raden Ayu Retno Dumilah mendapat pusaka Kembang Wijoyondanu. Daya linuwihnya murih dengan ampuhnya Keris Wijayandanu milik Adipati Karna.

Pengageng Kabupaten Purabaya dan tokoh masyarakat berkumpul. Mereka menampung aspirasi masyarakat. Kabupaten Purabaya diusulkan untuk diubah menjadi Madiyun. Arti Madiyun yaitu mandhireng pribadi tumuju hadining kayun. Ma, marsudi atau berusaha. Di, adi atau hadi berarti linuwih, indah, pinunjul. Yun atau kayun berarti kehendak, gagasan, cita cita luhur. Madiyun sebuah nama yang mengandung nilai filosofis luhur, agung, terhormat, bermartabat.

Pada tanggal 16 Nopember 1590 Kabupaten Madiun resmi menggantikan nama Purabaya. Sedangkan Bupati Madiyun dijabat oleh Raden Mas Rangsang. Adapun Raden Ayu Retno Dumilah mendapat tugas baru di Mataram. Sejak tahun 1588 Retno Dumilah menjadi garwa prameswari Panembahan Senopati. Upacara syukuran dilakukan dengan meriah. Jajanan aneka rupa. Jadah jenang wajik rengginang. Sudah barang tentu dhahar kembul bujana andrawina.

Menu utama sego pecel diwadah pincuk. Kesibukan sebagai the first Lady di Istana Mataram, membuatnya untuk berkosentrasi pada tugas Kenegaraan. Raden Mas Rangsang adalah anak buah yang dianggap mumpuni memimpin kabupaten Madiyun. Perkawinan Panembahan Senopati raja Mataram dengan Raden Ayu Retno Dumilah Bupati Madiyun cukup menyita perhatian sejarah. Dalam lakon Bedhahing Madiun, Panembahan Senopati bertempur dengan Retno Dumilah di Widodaren Ngawi.

Ki Juru Martani menasihati Panembahan Senopati. Retno Dumilah itu sakti mondroguno, ora tedhas papak palune pandhe, tedhane gerindra, tanapi geseke kikir. Retno Dumilah punya pusaka Kyai Tundhung dan Kembang Wijayandanu. Bupati putri ini hanya bisa ditaklukkan dengan gendhing ladrang asmara laras slendro. Saat gendhing tidak ciblon, Retno Dumilah akan menyerah pada Panembahan Senopati.

Daerah itu sekarang menjadi Gendingan. Tempat ini digunakan untuk kuliner sego pecel. Nasi yang kambon godhong jati rasanya menjadi lebih gutih. Panembahan Senapati dan Retno Dumilah memperkokoh jalinan asmara dengan bungkusan sego pecel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Kicak Jogja Hanya di Bulan Ramadan

Sen Apr 19 , 2021
JOGJA, Menoreh.co – Pasar sore Kauman di Kota Yogyakarta ini merupakan salah satu tradisi khas yang selalu hadir setiap kali datang Ramadan. Sebagian besar para pedagangnya memang warga kampung Kauman sendiri. Mereka menggelar beraneka jajanan menu buka puasa di depan rumah atau lapak yang disediakan panitia Ramadan kampung. Di sepanjang […]

Kamu mungkin suka