Wonosobo, salah satu kota kecil di Provinsi Jawa Tengah ini menyimpan sejuta keindahan dan beragam budaya. Para pelancong datang entah karena faktor budaya, tempat wisata yang mengagumkan, atau kuliner yang menggugah selera.
Kuliner yang memanjakan lidah wisatawan banyak ditemui disetiap sudut kota kecil itu. Mulai dari mie ongklok, carica, hingga jajanan pasar seperti sagon yang kini masih eksis meski banyak jajanan modern bertebaran.
Sagon merupakan jajanan manis yang terbuat dari bahan baku tepung ketan, gula dan parutan kelapa. Yang unik dari kue sagon ini adalah cara membuatnya. Yaitu dipanggang dengan bara arang dari bawah dan dari atas. Bentuknya bundar seukuran mangkok dengan tekstur kasar dan agak kecoklatan.
Penjual kue sagon banyak dijumpai di Pasar Induk Wonosobo. Salah satu penjual sagon di Pasar Induk Wonosobo adalah Sundiyah (45). Tangan terampilnya terlihat begitu lihai memasukan bahan kedalam mangkok logam untuk mencetak kue sagon.
Cetakan berisi bahan sagon lalu dipanggang di tungku dengan bahan bakar arang yang membara. Di atasnya kemudian ditutup piring logam berisi bara arang kayu juga. Sehingga sagon akan matang dari atas maupun dari bawah.
Sagon yang telah matang kemudian ditata rapi di atas meja kayu sembari menunggu pembeli datang. Meski termasuk jajanan tradisional, Sundiyah mengatakan, penggemar sagon masih banyak. Seringkali pembeli sengaja mengunjungi pasar untuk membeli sagon buatanya.
Meski begitu, pandemi Covid-19 menurutnya juga sangat berdampak pada penjualan kue sagon miliknya. Kondisi pasar yang sepi membuat dirinya hanya bisa menghabiskan dua hingga empat kilo gram tepung dalam sehari.
Perbedaan terlihat cukup signifikan sebelum adanya pandemi, dimana Sundiyah bisa menghabiskan dua kali lipat tepung seperti saat ini.
Menurutnya, kue sagon hanya terdapat di Pasar Induk Wonosobo. Sempat beberapa kali ada di Pasar Kecamatan Garung dan Kecamatan Kertek. Namun pembeli lebih memilih untuk sagon yang berada di Pasar Induk.
Entah karena cara pembuatanya yang berbeda, atau memang nama sagon lebih terkenal sebagai ikon jajanan Pasar Induk Wonosobo.
“Sagon khasnya di pasar induk. Untuk sekarang jumlah pedagangnya masih sekitar tujuh orang. Tapi sejak ada korona dagangan lumayan sepi. Tapi Alhamdulillah masih ada saja yang beli,” tuturnya.
Seorang penjual lain, Nofi (35) mengatakan, awalnya pedagang sagon berjualan berjejer di gedung Pasar Induk Wonosobo. Namun kebakaran yang menimpa Pasar Induk 2014 silam, memaksa para pedagang menempati pasar darurat yang dibangun Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Kini, pedagang sagon juga tidak sebanyak dulu. Selain karena tergerus jajanan modern, Pasar Induk yang tak kunjung jadi dan hantaman pandemi Covid-19 disinyalir membuat pengunjung enggan datang ke pasar.
(Adib Annas Maulana)