Prabu Pucuk Umun Penguasa Kesultanan Banten

MENOREH.CO, BANTEN Sejarah berdirinya Banten tidak terlepas dari sejarah asal usul nama Banten. Banten provinsi paling barat di Pulau Jawa. Kesultanan Banten menjadi kesultanan yang mandiri pada tahun 1552 setelah Sultan Maulana Hasanuddin ditasbihkan oleh ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah sebagai Sultan di Banten. Mulanya Banten masih merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda, penguasa Banten pada saat itu adalah Prabu Pucuk Umun, Putera dari Prabu Sidaraja Pajajaran.

Adapun pusat Pemerintahannya bertempat di Banten Girang pada abad ke VI, Islam mulai masuk ke Banten di bawa oleh sunan Gunung Jati yang secara berangsur-angsur mengembangkan agama Islam di Banten. Di tahun 1524-1525 dapat menaklukan pemerintahan Prabu Pucuk Umun.

Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nama Banten ternyata memiliki beberapa arti yang berbeda-beda. Salah satunya adalah “katiban inten” yang berarti kejatuhan intan. Asal kata “katiban inten” ini dilatarbelakangi oleh sejarah Banten yang semula masyarakatnya menyembah berhala, kemudian memeluk agama Budha.

Cerita lain menyebutkan bahwa Banten berasal dari kata “bantahan”, dikarenakan masyarakat tidak mau tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan. Aturan yang dimaksud adalah aturan yang dibuat oleh Belanda.

Terlepas dari kisah tentang asal nama Banten tersebut di atas, kata “banten” muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai, yakni Cibanten.

Di lansir di laman situs pemerintah Kabupaten Serang, setelah menaklukkan prabu pucuk Umun, baru lah kerajaan atau kesultanan Islam di Banten dengan mengangkat puteranya bernama Maulana Hasanuddin menjadi sultan Banten yang pertama yang berkuasa pada tahun 1552-1570 M.

Atas prakarsa ayahnya, pusat pemerintahan yang semula bertempat di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan Banten lama yang terletak kurang lebih 10 kilometer di sebelah Utara Kota Serang.

Setelah Sultan Hasanuddin wafat (Tahun 1570) digantikan oleh puteranyayang bernama Maulana Yusuf sebagai Raja Banten yang kedua (Tahun 1570-1580 M) dan selanjutnya diganti oleh Sultan yang ketiga, keempat dan seterusnya sampai dengan terakhir Sultan yang ke 21 yaitu Sultan Muhammad Rafiudin yang berkuasa pada Tahun 1809 sampai dengan 1816.

Periode Kesultanan/Kerajaan Islam di Banten berjalan selama kurun waktu kurang lebih 264 Tahun yaitu dari tahun1552 sampai tahun 1816. Pada zaman Kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting, terutamma pada akhir abad ke XVI.

Dimana orang-orang Belanda datang untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten dibawah pimpinan Cornelis De Houtman dengan maksud untuk berdagang. Namun sikap yang congkak dari orang-orang Belanda tidak menarik simpati dari Pemerintah dan Rakyat Banten saat itu, sehingga sering timbul ketegangan diantara masyarakat Banten dengan orang-orang Belanda.

Berikut daftar kesultanan atau raja di Banten :

  • Maulan Hasanuddin Panembahan Surosowan (1552)
  • Maulana Yusuf Panembahan Pakalangan (1570)
  • Maulan Muhammad Pangeran Ratu Banten (1580)
  • Sultan Abdul Mufakir Mahmud (1596)

Sultan Abdul Maali Achmad Kenari (1640)

  • Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fathi Abdul Fatah (1651)
  • Sultan Haji Abu Hasri Abdul Khahar (1672)
  • Sultan Abdul Fadhal (1687)
  • Sultan Abdul Mahasin Jainul Abidin (1690)
  • Sultan Muh. Syofai Jainul Arifin (1733)
  • Sultan Syarifudin Ratu Wakil (1750)
  • Sultan Muh. Wasi Jainul Arifin (1752)
  • Sultan Muh. Arif Jainul Asyikin (1753)
  • Sultan Abdul Mafakh Muh. Aliudin (1773)
  • Sultan Muhyidin Zainussalihin (1799)
  • Sultan Muh. Ishak Jainul Mutaqin (1801)
  • Sultan Pangeran Wakil Natawijaya (1803)
  • Sultan Aliudin (Aliudin II) (1803)
  • Sultan Pangeran Wakil Suramanggala (1808)
  • Sultan Muhammad Syafiudin (1809)
  • Sultan Muhammad Rafiudn (1813)

Sumber: Banten.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pulau Rempang Diceritakan Dalam Babad Kesultanan Melayu

Rab Okt 4 , 2023
MENOREH.CO – Manuskrip lama Tuhfat al-Nafis babon babad Kesultanan Melayu Melaka bercerita tentang Pulau Rempang. Kitab sejarah modern tentang kisah kerajaan hingga pasukan. Pulau Rempang bukanlah pulau yang asing dalam sejarah kesultanan di tanah Melayu. Tatkala Kesultanan Melayu Malaka dipimpin Raja Abdullah atau Sultan Mansyur Syah (1458-1477), kerajaan itu memiliki […]

Kamu mungkin suka

%d blogger menyukai ini: