Menoreh.co, WONOSOBO- Situs Ondo Budho jejak sejarah kuno di kawasan Dieng, Jawa Tengah, masih menjadi misteri.
Meski ada yang mengklaim terhadap asal-usul nama dan situs ini, namun hingga sekarang masih diperdebatkan.
Ondo Budho secara etimologi berarti tangga kesucian. Orang-orang Dieng mempercayainya sebagai peninggalan Hindu.
Anak tangga kuno tersebut kini masih bisa ditemui di Dusun Siterus, Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Anak tangga itu terbuat dari batu. Belum tahu pasti apa jenis batu-batunya.
“Keberadaannya tidak seutuh dulu,” kata Wadiono (38), warga RT 14 RW 01, Dusun Siterus, Kelurahan Sekunang, Kecamatan Kejajar
Wadiono adalah petani kentang. Anaknya dua. Sekarang sudah SMP. Ia harus bekerja keras agar hasil panennya bisa berkualitas.
Kata Madiono, kentang berkualitas harganya cukup mahal. Bisa mencapai Rp.40 ribu per kilogram.
Sedangkan kentang biasa, per kilogram hanya dibeli Rp. 20 ribu.
“Sekarang kentang sudah mahal,” katanya.
Mahalnya kentang di Dieng dipicu oleh harga bibit yang juga tidak murah.
Sejak dulu, ondo budho dalam posisi tidak berubah hingga sekarang, sejak Madiono masih anak-anak.
Panjang anak tangga kuno tersebut lebih dari puluhan kilometer. Cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.
Banyak orang luar negeri yang datang ke Dieng ingin merasakan jalur anak tangga kuno itu.
“Biasanya wisatawan asing yang menapaki ondo budho,” ucap Madiono. “Mereka penasaran.”
Di masa pandemi seperti ini, kata Madiono, tidak ada wisatawan asing yang datang. Tapi, sambungnya, Dieng tetap ramai meski masih ditutup.
Dari sejumlah narasumber kepada fornews.co mengatakan, Ondo Budho dulunya digunakan oleh masyarakat hindu kuno sebagai jalur penghubung.
Anak tangga kuno itu menghubungkan dataran tinggi dan dataran rendah di Dieng.
Dari Desa Sembung ke beberapa candi di Dieng, misalnya. Masyarakat hindu kuno dulu melewati Ondo Budho menuju tempat sembahyang.
Desa Sembung merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa.
Sumber: Fornews.co